Cimahi – Pemerintah Kota Cimahi melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Cimahi mengambil langkah tegas dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di wilayahnya. Melalui Rapat Koordinasi Bidang Kesehatan yang digelar di Aula Gedung A Pemkot Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan OPD, narasumber dari BKKBN Jawa Barat, serta tenaga ahli yang memiliki peran strategis dalam penanggulangan stunting.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Cimahi, Maria Fitriana, secara jelas menyampaikan dalam sambutannya bahwa stunting bukanlah masalah kesehatan semata, tetapi memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas sosial dan ekonomi. Berdasarkan data Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) tahun 2023, prevalensi stunting di Cimahi mencapai 9,56%, yang berarti sekitar 2.810 balita menderita kondisi tersebut. Pemerintah Kota Cimahi menegaskan komitmennya untuk menurunkan angka stunting ini hingga di bawah 14% pada tahun 2025, sesuai dengan target nasional.
"Stunting adalah masalah serius yang harus segera diatasi. Anak-anak yang mengalami stunting menghadapi risiko gangguan pertumbuhan, keterlambatan perkembangan kognitif, hingga penurunan produktivitas di masa depan. Oleh karena itu, kita perlu bertindak cepat dan tegas," tegas Maria Fitriana.
Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Kota Cimahi telah menerapkan berbagai langkah konkret. Salah satunya adalah pembentukan Tim Audit Kasus Stunting (AKS), yang melibatkan tenaga medis dan ahli gizi dari RSUD Cibabat. Tim ini bertugas melakukan surveilans rutin terhadap kelompok sasaran, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, untuk mengidentifikasi faktor risiko penyebab stunting.
Selain upaya medis, Pemerintah Kota Cimahi juga menyoroti pentingnya peran serta masyarakat dalam mencegah stunting. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi, Fitriani Manan, menyebutkan bahwa banyak kasus stunting disebabkan oleh migrasi penduduk yang membawa anak-anak dalam kondisi stunting. Untuk itu, program pencegahan dilakukan sejak hulu, termasuk pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri dan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin.
"Kesalahan pola pengasuhan, meskipun di keluarga yang secara ekonomi mampu, turut memicu stunting. Kami mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, mengonsumsi makanan bergizi, dan melakukan pemeriksaan rutin di posyandu serta fasilitas kesehatan," ujar Fitriani.
Lebih lanjut, Pemerintah Kota Cimahi juga meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), yang mendorong peran aktif masyarakat dalam memastikan anak-anak berisiko stunting mendapatkan asupan gizi dan perawatan yang layak.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, dan masyarakat, Pemerintah Kota Cimahi menegaskan komitmennya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal demi mewujudkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan produktif.